Politik “Jalan ketiga” Anies
Kemunculan Anies Baswedan  dalam putaran kedua pilkada DKI merupakan sebuah
peristiwa politik yang menarik untuk diulas. 
Dari segi politik jejak rekam figur Anies Baswedan dikenal unik,beragam  dan fleksibel, Anies dikenal publik pernah
ikut mencalonkan diri sebagai presiden dalam konvensi partai demokrat pada
tahun 2013, setelah itu  anies ikut mengemban
peran vital dalam tim pemenangan Jokowi sebagai presiden, lalu sekarang
dicalonkan sebagai gubenur dari partai-partai politik oposisi.  Namun demikian ada satu benang merah yang
konsisten,penampilannya dalam ruang publik selalu memukau, serta berkeinginan hadir
sebagai alternative baru   dalam politik . Bila disimpulkan, seorang
Anies  merupakan sosok  pemimpin dangan gaya Solidarity maker yakni  suatu tipe pemimpin klasik khas Indonesia. 
Tipologi solidarity maker  tersebut
dicetuskan oleh Hebert Feith  dalam
bukunya The Decline of Constitutional
democracy in Indonesia  (Feith, 1962)
sebagai pemimpin khas yang punya  pola komunikasi
yang baik, hadir dalam merangkul beragam kelompok kelompok kepentingan serta
berbicara tentang  gagasan orisinil yang
besar. Ada pesan penting yang selalu
disampaikan oleh Anies dalam rangkaian gagasan populernya tentang merajut tenun kebangsaan ataupun melunasi janji kemerdekaan, Anies  konsisten memperjuangkan  gagasan untuk  menjaga keutuhan modal sosial sebagai kunci
kehidupan  bermasyarakat.  Perolehan suaranya yang mencapai sekitar
57,95 persen menurut hitungan resmi KPU,  menunjukan  keberagaman  harapan dukungan komuniti-komuniti akar rumpun
yang relatif besar  terhadap
kepemimpinannya. Dalam konteks ini setidaknya ada dua hal yang menarik untuk
diulas lebih dalam  untuk membaca tawaran
gagasan  kepemimpinan politik Anies .
Pertama, Anies merupakan elit
pertama yang menawarkan  diskusi  terbuka secara massal,masuk ke dalam arena mainstream  isu isu hak ekonomi sosial sebagai platform
utama dalam kampanye politiknya . Tawaran gagasan Anies tersebut memberikan
alternatif  jalan tengah  dari kontestasi politik elektoral yang telah
jenuh diwarnai oleh  isu-isu sipil dan
politik yang terbagi dalam dua arus besar yakni arus konservatif maupun arus
liberal. Pilihan Anies untuk mengusung gagasan isu sosial ekonomi sejalan
dengan situasi masyarakat yang menghadapi ketimpangan sosial ekonomi yang
cukup  parah. 
Gagasan ini cukup
simpatik,ditengah tengah arus wacana politik perbedaan (politics of difference) yang mengeksplorasi atribut dan identitas
sebagai komoditas politik menjadi sesuatu mainstream
di tengah masyarakat. Anies melalui gagasan isu sosial-ekonomi
melangkah  maju membahas masalah masalah
masyarakat  yang kerapkali diabaikan
dalam tataran elit. 
Anies,melalui isu ekonomi-sosial  mampu menghadirkan satu jalan blok politik
baru,Anies  mampu merekatkan beragam
komunitas yang berbeda pilihan dalam isu-isu sipil dan politik. Kelompok
konservatif-relijius dalam gerakan Tarbiyah yang merupakan basis utama PKS,
Komunitas-komunitas  Patriotik yang
merupakan basis Partai Gerindra, Kaukus kelompok kelompok kaum miskin kota yang
merasakan dampak langsung  dari kebijakan
relokasi yang dilaksanakan oleh lawan politiknya, kelompok pro lingkungan
hingga jaringan aktivis tata kota yang menghendaki perubahan penataan Jakarta
dengan mengedepankan isu isu ekonomi sosial.            
Kedua, platform dan narasi
gagasan-gagasan oleh  Anies mengingatkan
kita atas prinsip-prinsip “ jalan ketiga” (Third
Way) Giddens, hal  ini misalnya  terlihat dari pilihan  garis ideologis “Jalan Ketiga” yakni
akomodatif dengan pasar, perlindungan atas nilai nilai  komunitas,proteksi atas lingkungan serta
mendorong beragam program kesejahteraan untuk masyarakat (Giddens, 1998).  Posisi Anies dalam  mendorong perlindungan atas nilai nilai  komunitas, dapat dilihat pilihannya dalam  menolak  kebijakan “relokasi’ dalam penataan  perkotaan karena mecerabut akar sejarah,
identitas, serta terbentuknya jaringan ekonomis masyarakat marjinal miskin
perkotaan di Pinggiran, posisi Anies dalam 
menolak proses reklamasi dalam mekanisme pembentukan pulau pulau buatan
menunjukan dirinya memiliki posisi dalam 
perlindungan atas lingkungan hidup. 
Kita juga dapat menemukan  komitmen-komitmen dalam platform politik Anies
dalam mendorong tanggung jawab negara untuk kesejahteraan warganya, misalnya
komitmen untuk menyediakan  public housing,Komitmen untuk
mewujudkan  program kewirausahaan
berbasis komunitas dengan keinginan untuk melahirkan  200.000 
Wirausaha baru yang muncul  sentra
sentra usaha terpadu hingga pada level kecamatan. Anies juga menegaskan  komitmennya   dengan
tawaran meningkatkan kualitas atas program kesejahteraan  yang telah disusun oleh  rezim terdahulu  yaitu dengan janji program  KJP plus 
maupun KJS Plus .   
Tantangan politik ke depan. 
Tetapi posisi Anies sebagai figur
pemimpin Solidarity Maker yang solid
bukan hadir tanpa celah. Setidaknya ada tiga hal utama yang harus dibuktikannya
pada publik luas. Persoalan pertama, sejauhmana Anies mampu melewati proses
transisi 6 bulan secara mulus dan gemilang, beragam persoalan harus dihadapi
pada masa inter-periode transisi.  Persoalan
kedua sejauhmana kontestasi dinamika politik dalam internal  kaukus politiknya pada masa adminsitrasi
pemerintahannya mampu untuk bertahan 
komitmen “jalan ketiga” Anies.  Maka
sedari awal Anies  harus tegas untuk
meletakan agenda ekonomi social dan budaya (EKOSOB) sebagai common program  yang mengikat. Sehingga, dalam pertarungan power interplay dalam  internal kaukus politiknya, baik dalam
kebijakan publik maupun  negosiasi distribusi
kekuasaan terhadap  kelompok
pendukungnya  tidak boleh menggeser Common Program Ekonomi,Sosial dan Budaya
. Persoalan ini dikuti oleh  adalah
persoalan keraguan bagi sebagian publik  kelas menengah bahwa Rezim Anies akan mampu
fokus menurunkan gagasan-gagasan besar  dalam detail detail perencanaan kerja  yang bersifat apik  dan  konkrit.
Persoalan ketiga, Anies perlu 
membuktikan dalam masa kepemimpinannya,mampu mengelola  keterancaman keberagaman, seperti yang menjadi fokus tudingan kelompok kelompok
liberal atas sentimen  kehadiran kelompok konservatif politik yang
mendukungnya sejak awal, sehingga ketakutan atas keterancaman keberagaman
identitas  perlu untuk dijawab rezim
Anies.  
Pertama, beragam permasalahan
telah harus dihadapi pada masa masa “interperiode” kepemimpinan baru Anies,
rencana penggusuran kembali kampung Aquarium yang kemungkinan akan dilaksanakan
dalam waktu dekat,padahal Anies memiliki pendekatan yang jauh berbeda dalam
melihat persoalan relokasi. 
Dalam sisi lain, sejauh mana
Anies  dituntut mampu melakukan lobi pada petahanan sehingga program program kerja andalannya
yang pro rakyat yakni DP 0 Rupiah,One Kecamatan,One Center (OKE OCE), KJS Plus
dan KJP Plus mampu diakomodasi dalam APBD-P 2017 serta masuk dalam Kebijakan
Umum Anggaran dan Plafon Prioritas Anggaran Sementara (KUA-PPAS) 2018. Masalah
lain yang perlu dihadapi dalam periode waktu singkat adalah peran serta rezim
Anies untuk  merumuskan Rancangan Perencanaan
Jangka Menengah Daerah (RPJMD) Jakarta untuk lima tahun ke depan masih menemui
kendala. Padahal banyak gagasan dari Anies yang menarik untuk dimasukan dalam
RPJMD, misalnya keinginan untuk membentuk Komite untuk mengurus dan mengelola
dana CSR dari pemerintah DKI Jakarta. 
Kedua,publik tentu saja menunggu konsistensi  Anies dalam menerapkan policy yang berfokus pada aspek ekonomi,sosial dan budaya tetap
bertahan dalam dinamika negosiasi politik internal kelompok kelompok politik
pendukungnya. Anies harus mampu membuktikan konsistensinya untuk menolak
melanjutkan pendekatan “relokasi” bagi masyarakat miskin kota. Anies juga harus
membuktikan konsistensi menolak Reklamasi pantai utara Jakarta, adapun bagi
pulau  yang misalnya sudah terlanjur jadi,
publik akan menunggu sikap Anies atas formulasi pemanfaatan pulau tersebut bagi
orang banyak. 
Anies pun harus menjawab keraguan
 publik atas kemampuannya menurunkan
gagasan-gagasan besar tersebut  dalam
detail  tawaran yang konkrit dan matang,
mengingat kompetitor politiknya dikenal sebagai figur pemimpin adminstratur
yang tangguh serta cukup menguasai penjelasan detail detail teknis dalam setiap
program yang ditawarkannya. Beberapa tawaran program unggulannya akan menjadi
fokus sorotan publik seperti OK OCE dan DP 0 Persen . Dalam konteks ini, pada
masa kepemimpinannya  dia harus mampu membuktikan
 success
story  atas program OK OCE,dalam
mencetak  wirausaha sosial baru, eksis ,mandiri
berkelanjutan (sustainable).Lebih
lanjut, pembuktian juga harus muncul 
dalam program “public housing” DP 0 rupiah, misalnya  dengan memperhatikan klausul  pendapatan per rumah tangga sebesar tujuh
juta rupiah tentu saja relatif memberatkan masyarakat berpenghasilan rendah
(MBR), bilamanakah memungkinkan MBR  untuk mengakses program tersebut
Ketiga, pembuktian “jalan ketiga”
Anies harus merangkul serta memberikan contoh bahwa keberagaman adalah
keniscayaan. Anies perlu menunjukan bahwa persoalan mendesak adalah menjamin
eksistensi dalam “lkeberagaman” kelas sosial  untuk mendapatkan ruan hidup bersama bagi
Jakarta ke depan. Maka, P\pemberian contoh dapat dilakukan  adalah membuktikan diri sebagai pengelola
kekuasaan yang berimbang,stabil membangun consensus atas kelompok-kelompok
kepentingan (Interest group)
pendukungnya  yang masing masing memiliki
pandangan bertolak belakang dalam isu sipil-politik. Sejauhmana rezim Anies ke
depan memberikan ruang konsensi kekuasaan pada kelompok konservatif agama dan
konservatif sosial (Patriotik), Ruang konsensi politik apa yang akan diberikan
pada kelompok lingkungan dan kelompok pro tata Kota maupun konsesi politik apa
akan diberikan bagi kelompok miskin kota. Sejauhmana Anies akan
mengakomodasi  ruang kelompok pemodal
dalam administrasi pemerintahannya ke depan. Pemberian keteladanan contoh
tersebut perlu diikuti oleh konsistensi pembuatan regulasi daerah yang menjamin
“keberagaman” kelas kelas social hidup,hadir mendapatkan ruang di Jakarta.  Keterbukaan dalam menaungi  berbagai 
pertarungan  power interplay dalam internal rezim Anies tentu saja penting,sebab
sebagai pembuktian stablitas dan keberagaman 
pada administrasi pemerintahan Anies ke depan.                                   
 
Recent Comments